Dokumen

Minggu, 24 Oktober 2010

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT DARI MASA KE MASA

Kata Pengantar
Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Sejarah dan Perkembangan Filsafat Dari Masa ke Masa” yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Filsafat Ilmu serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bpk.Made Pramono selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri Surabaya. Amien ya Rabbal ‘alamin.
Wassalalam,
Banda Aceh, 19 Oktober 2008
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………… iii
BAB I : Pendahuluan………………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1……..
B. Klasifikasi Filsafat…………………………………………………………… 2
1. Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah……………………………… 3
2. Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama…………. 5
BAB II : Pembahasan………………………………………………………………………… 9
A. Kajian Filsafat………………………………………………………………… 9……..
B. Munculnya Filsafat………………………………………………………… 11
C. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia……………………….. 12
BAB III : Penutup……………………………………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah.
Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang;
(1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang
(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati.
Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 – 873 M).
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat, sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta memaknai segala esensi kehidupan.
B. Klasifikasi Filsafat
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.
1.) Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah
a. Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.
Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
b. Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Yunani. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.
Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.
2.) Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama
a. Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’
Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.
Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.
b. Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.
Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain sebagainya.
Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap “Buddha bagi waktu ini”). Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.
Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan) dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.
Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM ~470 SM) tetapi bukan agama. Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Filsafat
Definisi kata filsafat bisa dikatakan sebagai sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar (radikal).
Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang (tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari-hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit (atau lebih bisa dikatakan tidak tunggal), karena menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), filsafat merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Beberapa filsuf mengajukan beberapa definitif pokok filsafat seperti: Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata, Upaya untuk menentukan batas-batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya. Penyelidikan kritis dan radikal atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. Sesuatu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Kalau menurut tradisi filsafati yang diambil dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), setelah dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran Aristoteles) yang memakai kata sophia. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan. Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.
B. Munculnya Filsafat
Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.
Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
C. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia
Meski istilah philosophia (Φιλοσοφία) pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari Mileta (sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.
a. Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM
Pada masa ini ahli filsafatnya adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang dianggap sebagai bapak-bapak fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber kehidupan adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang pertama kali terlahir dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Setelah mereka bertiga, Yunani kemudian memiliki pemikir-pemikir terkenal yang lebih berpengaruh lagi terhadap perkembangan fisafat, seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Phythagoras, Hypocrates, dan lain sebagainya.
b. Periode Kedua, Periode setelah kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)
Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah telah mati suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.
c. Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-13 M)
Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan. Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet. Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropah belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam.
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan
Ibnu Rushd.
Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).
Ibnu baja dan Ibnu Tufail merupakan pendukung rasionalisme Aris-toteles. Akhirnya kedua orang ini bisa menjadi sahabat.
Sedangkan Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun seorang dokter dan telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).
Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961) menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan berkembangnya filsafat dan mengalami kemunduran dengan kematian filsafat.
Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme) dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang menentang Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan oleh kalangan filosof di Eropah Barat pada abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang diperdebatkan oleh filosof Islam.
d. Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)
Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah mengalami kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo, ketika Raymund menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada Tahun 1130 – 1150 M. Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury pada tahun 1182.
Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen, sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan putusan Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu Rushd.
Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk mengumpulkan terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael Scot. Banyak orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd dengan judul de coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.
Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Jazirah Arab.
Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.
e. Periode Filsafat Modern (Abad 17-20 M)
Dikenal Juga sebagai abad Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran yang mereka anut adalah rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme. Peradaban Eropa bangkit melampaui dunia islam. Masa ini juga memunculkan intelektual Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, ”The canon of medicine”, Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Perlawanan terhadap gereja dan raja yang menindas terus berlangsung Revolusi ilmu pengetahuan makin gencar dan meningkat. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan kepada pihak gereja dengan mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara, bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka, serta hak berfikir. Hal serupa juga dilakuklan ole J.J .Rousseau mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul Social Contak.
Hal berbeda terjadi didunai Islam, pada masa ini umat Islam tertatih untuk bangkit dari keterpurukan spiritual. Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam untuk kembali pada ajaran al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban muncul ilmuwan lainnya yaitu Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha membangkitkan umat Islam untuk menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis taklid. Hal tersebut dilakukan oleh Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadis.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir ( menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. — Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Adapun Kritisisme oleh Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (”das Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.
Begitulah pergulatan antar aliran filsafat Modern. Rasionalist diwakili Descartes, Empirist diwakili Hume, dan Kritisme oleh Kant saling menkritik satu sama lain.

BAB III
PENUTUP
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafati. Kalau ilmu diibiratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki berbagai cabang pemikiran, ranting pemahaman, serta buah solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon tersebut berpijak dan tumbuh.
Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Sedang objek materinya ialah semua yang ada yang bagi manusia perlu dipertanyakan hakikatnya. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Dalam perkembanganya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai penguasa ketika itu.
Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah sekitar awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai mengalami kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusd dengan para kaum ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat menjerumuskan manusia ke dalam Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusd sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli atau mistikus agama.
Setelah abad ke-13, peradaban filsafat islam benar-benar mengalami kejumudan setelah kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filosof. Kajian filsafat dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintahan mempercayakan semua konsep berfikir kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu, di Eropa, demam filsafat sedang menjamur. Banyak buku-buku karangan filosof muslim yang diterjemahkan kedalam bahasa latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah pihak gereja berkuasa pada masanya dan sebelum peradaban Islam mulai menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al Kindhi, di Eropa benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban Yunani.
Entah kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia islam bisa dikatakan telah usai dan berpindah ke eropa, peradaban islam pun mengalami kemunduran sementara di eropa sendiri mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad pencerahan, pada sekitar abad ke-15 M.
Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas gereja. Periode ini juga menghantarkan dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum Protestan.
Adapun para filsuf zaman modern setelah masa aufklarung, abad ke-17 M, menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Para filsuf modern yang tercatat dalam sejarah ialah Descartes, Karl Marx, Nietsche, JJ Rosseau, Dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
www.muslimphilosophy.com
id.wikipedia.org
www.cidcm.umd.edu
blog.wordpress.com
philosopi Mingguan Indonesia
Harian KOMPAS Rabu, 02 Mar 2005 Halaman: 46
kognItar.wordpres.org

Sabtu, 23 Oktober 2010

Pengantar Administrasi Pendidikan

Makalah : Pengantar Administrasi Pendidikan
Oleh : Nediar Juliadi
Kelompok : I
BAB I PENDIDIKAN
Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Karakteristik Khusus Pendidikan
a. Masa pendidikan, yang berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
b. Lingkungan pendidikan, yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
c. Bentuk kegiatan pendidikan, yang terbentuk dari tak disengaja sampai dengan terpogram.
d. Tujuan pendidikan, yang terkandung tujuan hidup, mempersiapkan hidup yang menunjang terhadap pencapaian tujuan-tujuan hidup.
Pendukung Pendidikan
a. Kaum Humanis Romantik dan Kaum Pragmatik
Kaum Humanis Romantik seperti John Holt, William Glasser, Jonathan Kozol, Charles E. Silberman, Herbert Kohl, Neil Postman,Charles Weingartner, George Leonard, Carl Roger, Ivan Illich dan sebagainya. Kaum Pragmatik seperti John Dewey, William Heard Kilpatrick dan sebagainya.
Kedua Kaum ini cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sangat luas dan mengecam praktek pendidikan di sekolah yang diselenggara pada zamannya. Umumnya mereka mengecam praktek pendidikan di sekolah karena di sekolah berlangsung dehumanisasi, yaitu proses pengikisan martabat kemanusiaan, terasing dari kehidupan nyata.Pola hubungan guru dengan murid adalah otoriter sehingga kurang berlangsungnya perkembangan individu secara optimal.
Ivan Illich berpendapat bahwa suatu system pendidikan yang baik harus mempunyai tiga tujuan, yaitu:
(1) Memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber
belajar pada setiap saat.
(2) Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya.
(3) Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan yang berkenaan dengan pendidikan.

b. Kaum Behavioris
Kaum Behavioris seperti B.Watson, B.F.Skinner, Lester Frank Ward dan sebagainya cenderung mendefinisikan pendidikan dalam arti sempit. Mereka mempunyai pandanganyang optimis terhadap peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan dan meragukan peranan pendidikan dalam bentuk pengalaman belajar dalam hidup yang tidak dilembagakan.
Sekolah sebagai lembaga berlangsungnya proses rekayasa perubahan tingkah laku harus didasarkan pada kurikulum yang di rancang secara ilmiah dan bentuk kegiatannya harus di organisasikan dengan penuh perhatian dan dilaksanakan dengan penuh disiplin.
Ada tiga prinsip utama yang mendasari sekolah dalam menyelenggarakan proses rekayasa pengubahan tinggah laku, Yaitu:
(1) Pembentukan pola tingkah laku seseorang sangat kuat dipengaruhi oleh lingkungan.
(2) Pendidikan di sekolah merupakan rekayasa perubahan pola tingkah laku yang terpogram secara cermat.
(3) Masa depan sekolah sebagai lembaga perekayasa pola tingkah laku yang terpogram adalah cerah karena mempunyai peranan yang besar dalam mencapai tujuan. Mereka adalah penganut paham scientism yang mempunyai kepercayaan kuat terhadap keampuhan ilmu dan teknologi bagi pembangunan kehidupan manusia yang lebih baik.

c. Kaum Humanis Realistik dan Kaum Realisme Kritis
Kaum Humanis Realistik seperti Edgar Faure, Felipe Herera, Federick Champion Ward dan sebagainya dan Kaum Realisme Kritis seperti Stella van Petten Henderson, Immanuel Kant, Pestalozzi dan sebagainya. Mereka cenderung mengambil jalan tengah dari tarik-menarik dari definisi pendidikan yang sangat luas dan sempit menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar dan pendidikan diluar sekolah makin terprogram dan produktif untuk menuju tercapainya manusia seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya.

BAB II PANDANGAN ILMIAH DAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN
A. PANDANGAN ILMIAH TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN
Antropologi Biologis
Antropologi adalah studi tentang asal usul, perkembangan, karakteristik jenis atau/ spesies manusia atau studi tentang ras manusia. Antropologi ilmiah mencakup,yaitu antropologi biologis, antropologi social buadaya, arkeologi dan linguistic. Antropologi biologis sering disebut antropologi fisik, yaitu studi tentang fosil dan kehidupan manusia sebagai organism biologis. (Beals, 1977:1).
Untuk implikasi dalam praktek pendidikan mempunyai konsep-konsep antropologi biologis menjadi landasan antropologi pendidikan, yaitu:
(1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
(2) Keragaman praktek pendidikan, baik dalam sejarah manusia maupun dalam bentuk praktek pendidikan dalam suatu zaman.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan.
Antropologi Budaya
Antropologi sosial budaya mempergunakan teknik-teknik riset histori, obsevasi, wawancara dalam studio rang yang hidup sekarang. (Beals, 1977:1). Manusia adalah organism sosio budaya. Budaya merupakan seperangkat cara hidup berpikir dan berbuat yang diperoleh melalui proses belajar yang member ciri pada setiap keputusan kelompok.
Implikasi dalam praktek pendidikan mempunyai konsep-konsep antropologi sosio budaya menjadi landasan antropologi pendidikan, yaitu:
(1) Keharusan dan kemungkinan pendidikan.
(2) Keragaman kegiatan pendidikan berdasarkan system budaya, kesatuan budaya regional dan kelompok sub kultur.
(3) Pendidikan merupakan enkulturasi atau proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) lahir dan berkembangnya antropologi pendidikan. (Dipelopori oleh Frans Boa dan Margareth Mead).
(2) Adanya kebutuhan antropologi filsafat anak atau pandangan tentang hakikat karakteristik anak.
Psikologi
Psikologi adalah studi tentang kegiatan atau tingkah laku dalam keseluruhan ruang hidupnya dari dalam kandungan sampai balita, dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa serta masa tua. (Woodward & Marquis, 1955:3).
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar dari landasan psikologis pendidikan.
(2) Pendidikan merupakan individualisasi dari proses pengembangan individu.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) Lahir dan berkembangnya psikologi pendidikan.(Dipelopori oleh Thomdike).
(2) Lahir dan berkembangnya aliran pembaharuan pendidikan disebut developmentalisme atau psychological tendency in education. (Dipelopori oleh Pestalozzi, Herbart dan Froebel).
Sosiologi
Sosiologi adalah studi tentang struktur sosial. (Reading, 1977:195). Sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan dan kepentingan semua orang.
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep psikologis tentang individu menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan dari landasan sosiologi pendidikan.
(2) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan.
(3) Pendidikan merupakan sosialisasi dari proses menjadi anggota masyarakat yang diharapkan.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan.(Dipelopori oleh Henry Suzzalo).
(2) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan.
(3) Mendorong lahir dan berkembangnya aliaran sosiologisme pendidikan atau sociological tendency in education, yang lebih menekankan konsep pendidikan pada proses sosialisasi dari pada individualisasi.
Politika
Politika adalah studi tentang pemerintahan Negara. (Broom & Selznick, 1958:6)
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep politika menjadi dasar penyelenggaraan pengelolaan pendidikan makro nasional dari landasan politikal pendidikan.
(2) Terjalinnya kerja sama internasional dalam bidang pendidikan.
(3) Pendidikan merupakan civilisasi dari proses menjadi warga negara yang diharapkan.
(4) Pendidikan kewarganegaraan mempunyai kedudukan dan peranan yang penting.
(5) Pendidikan politik.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) Lahir dan berkembangnya politika pendidikan atau pendidikan nasional.(Dipelopori oleh Guizot, Fischer, Horace Mann, Henry Benhard, KH.Dewantara dan Moh.Syafei).
(2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan internasional.
Ekonomika
Ekonomika adalah studi tentang upaya manusia memperoleh kemakmuran materiil manusia. (Winardi, 1989:177).
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep ekonomik menjadi dasar landasan ekonomikal pendidikan.
(2) Kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan.
(3) Pendidikan merupakan penanaman modal dalam sumber daya manusia ditinjau dari ekonomi makro.
(4) Pendidikan merupakan profesionalisme ditinjau dari ekonomi mikro.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) Lahir dan berkembangnya ekonomikal pendidikan.(Dipelopori oleh Adam Smith, Alfred Marshall, J.Alan Thomas, Gheor Dore Schultz).
(2) Lahir dan berkembangnya studi pendidikan dan pembangunan.

B. PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG MANUSIA DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN
Filsafat Umum
Filsafat adalah studi tentang kebenaran alam dan isinya. (Beck, 1979:2).
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep filsafat umum dari metafisika, epistemology dan aksiologi menjadi dasar landasan penyelenggara pendidikan dari landasan filosofis pendidikan.
(2) Munculnya sekolah-sekolah percobaan.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(3) Munculnya filsafat pendidikan.(Dipelopori oleh Plato).
(4) Lahir dan berkembangnya mazhab-mazhab atau aliran-aliran pendidikan.
Filsafat Antropologi
Filsafat antropologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki kakikat manusia sebagai keseluruhan atau manusia seutuhnya. Utamanya adalah merefleksi atau mencerminkan dirinya sebagai seorang pribadi. (Buber, 1959:124)
Implikasi dalam praktek pendidikan, yaitu:
(1) Konsep-konsep manusia seutuhnya sebagai dasar tujuan pendidikan.
(2) Pendidikan merupakan humanisasi dari proses mewujudkan kemanusiaan atau proses tercapai nya manusia seutuhnya.
(3) Tujuan utama dalam hidup mencapai perwujudan diri sendiri secara kooperatif.
Untuk implikasi dalam pengembangan teori pendidikan, yaitu:
(1) Timbul kebutuhan studi filasafat antropologi anak yang tertuju membahas hakikat anak.
(2) Mendorong lahir dan berkembangnya pedagogic atau ilmu mendidik yang memadukan aspek faktual dengan aspek normative. (Dipelopori oleh Herbard).

BAB III PANDANGAN PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCATION
Dasar Biologis
Pendidikan adalah perlu karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya, yaitu:
(1) Anak manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan.
(2) Anak manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
(3) Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
Kekeliruan Pendidikan
Mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu individu dan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup. Ini terjadi jika kegiatan pendidikan mempunyai tujuan yang tepat. Tujauan pendidkan tidak benar jika berisi nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak harkat dam martabat manusia sebagai pribadi, warga dan hamba Allah.
Kekeliruan Teknis Mendidik
Bentuk-bentuk kekeliruan teknis mendidik berupa kegiatan pendidikan yang salah teknis pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam cara memilih dan menggunakan alat pendidikan. Penanggulangan terhadap akibat kekeliruan teknis ini dapat dilakukan dengan jalan memperbaiki cara-cara mendidik dan lingkungan hidup serta memberikan bimbingan dan penyuluhan yang tepat.

BAB IV MEMAHAMI PENDIDIKAN SEBAGAI KESELURUHAN
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsp dan teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah. Pendekatan system yang bertolak pada optimalisasi penggunaan sumber-sumber yang tersedia dengan mempergunakan metode penyusunan model-model kerja untuk mencapai tujuan yang efektif dalam penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
Suprasistem Sistem Pendidikan Nasional
Suprasistem dari sistempendidikan nasional adalah keseluruhan kehidupan masyarakat dalam bernegara dan berbangsa, yang mencakup masyarakat nasional domestik dan masyarakat internasional.
Sistem Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro Negara menjadi landasan operasional system pendidikan nasional. Pertumbuhan ekonomi makro turut menentukan tingkat partisipasi pendidikan, besar kecilnya jumlah penduduk yang memperoleh kesempatan pendidikan formal. Pendapatan per kapita menjadi landasan operasional sistem pendidikan.
Pendapatan nasional (GNP) dan tingkat petumbuhan sebagai output ekonomi makro membuat besar kecilnya kemampuan Negara secara potensial dalam menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh system pendidikan nasional.
Transformasi pendidikan nasional
Transformasi pendidikan nasional adalah keseluruhan proses pengubahan masukan pendidikan nasional menjadi hasil pendidikan nasional. Dalam transformasi ada komponen-komponen yang mentransformasi dan proses atau operasi yang bekerja mengubah masukan pendidikan nasional menjadi hasil pendidikan nasional.
Untuk transformasi administrative, yaitu proses berlangsungnya fungsi-fungsi manajemen atau pengelolaan dalam penyelenggaraan system pendidikan nasional. Adapun transformasi edukatif adalah proses perubahan tingkah laku peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil sekolah
Hasil sekolah adalah tamatan atau pelajar-pelajar yang telah berhasil menyelesaikan program-program sekolah dengan tingkat kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor tertentu. Ditinjau dari sudut kemampuandapat melanjutkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah.

BAB V MEMAHAMI BERBAGAI WAWASAN PENDIDIKAN YANG PENTING
Asumsi pokok
Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, yaitu pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Lingkungan belajar
Lingkungan belajar adalah situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar seseorang individu. Lingkunagn belajar terdiri dari pendidik, alat-alat bantu pendidikan dan suasana sosio budaya yang berlangsung dalam situasi belajar.
Manajemen pendidikan
Cara-cara yang sebaiknya mengatur penyelenggaraan peristiwa-peristiwa pendidikan di sebuah satuan pendidikan dari pendidikan mikro atau satuan-satuan pendidikan dari pendidikan makro.
Perencanaan pendidikan
Mengenali masalah-masalah pendidikan berdasarkan pada kebutuhan –kebutuhan yang terdokumentasi, menentukan syarat-syarat dan alternative-alternatif atau pemecahan masalah.
Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pemaduan antara cita-cita internasional atau global dengan cita-cita dan kondisi nasional dalam bidang pendidikan. Dalam pembangunan pendidikan Indonesia diharapkan dapat memasuki globalisasi yang diperkirakan terjadi dalam abad 21.

Tugas Pak Yoyon (mata kuliah: Perencanaan Pendidikan)

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

1. Nama Mata Kuliah : PERENCANAAN PENDIDIKAN

2. Kode Mata Kuliah : MAP.501

3. Bobot SKS : 3 sks

4. Program Studi : S-2 Administrasi Pendidikan

5. Dosen : Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd/Dr. Cut Zahri Harun, M.Pd./Dr. Murniati A.R., M.Pd/Dr. Nasir Usman, M.Pd.


DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini merupakan upaya membekali pengetahuan, meningkatkan apresiasi dan keterampilan tentang aktivitas terorganisir yang dipusatkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang dinamis berdasarkan teori-teori sistematik, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik yang menyangkut aspek politik, ekonomi, dan waktu. Tujuan perkuliahan ini lebih ditekankan untuk menghasilkan sejumlah informasi yang valid, reliabel, komprehensif dan cepat tersedia bagi alternatif tindakan, sebagai pedoman untuk monitor­ing, mengkoordinasikan tujuan jangka panjang yang dapat dijadikan dasar pengujian kembali dan perbaikan tujuan, kesinambungan antara rencana dengan kebijakan, serta keterampilan penggunaan metoda ilmiah dan pengetahuan tentang nilai-nilai kontemporer. Materi pokok yang dibahas dalam perkuliahan ini, berkenaan dengan konsep, teori, model dan metodologi serta aplikasinya tentang: (1) Hakekat pendidikan dan pembangunan peradaban bangsa; (2) Konsep perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi manajemen pendidikan; (3) Problema dan tantangan pembangunan pendidikan; (4) Teori sistem perencanaan pendidikn; (5) Metodologi dan teknik implementasi perencanaan dalam pembangunan pendidikan.


TUJUAN MATA KULIAH

Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, para mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memiliki pemahaman tentang konsep-konsep esensial dari teori dan model perncanaan dalam pembangunan pendidikan;

2. Memiliki ketajaman dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan solusi terhadap kasus-kasus dalam proses perencanaan pendidikan;

3. Memiliki keterampilan dalam mengimplementasikan salah satu format perencanaan pembangunan pendidikan di daerah.


KEGIATAN PERKULIAHAN

Dengan menggunakan pendekatan ekspoitory dan inquiry, kegiatan perkuliahan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: Pertama, tahap pemahaman konsep dan teori, disajikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran interaktif melalui teknik presentasi, diskusi dan seminar, penyelesaian tugas-tugas laporan buku; Kedua, tahap analisis dan telaah kasus, disajikan dengan menggunakan diskusi kelompok dan pemecahan masalah; Ketiga, perumusan model alternative, disajikan dalam bentuk penyelesaian tugas individual secara berstruktur sesuai minat mahasiswa.

Media pembelajaran menggunakan LCD dan E-Learning.


EVALUASI

Evaluasi bersumber dari tujuh komponen, yaitu: (1) kehadiran/tatap muka, (2) aktivitas penyajian/diskusi, (3) interaksi e-learning, (4) laporan buku, (5) makalah individual dan tugas ahir, (6) Ujian Tengah Semester, dan (7) Ujian Ahir Semester.

Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 1
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 1 yang mencakup :

1. Pelajari kembali UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya !
2. Permasalahan apa yang menjadi hambatan dan tantangan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia dewasa ini?
3. Bagaimana disiplin ilmu administrasi pendidikan dapat berperan dalam pembangunan pendidikan?

Untuk menanggapi forum e portofolio ini dan semua forum diskusi, silahkan membaca panduan posting yang baik ambilah contoh-contoh yang baik. Pastikan memberikan tanggapan dengan menggunakan kalimat-kalimat utuh dan berlandaskan pemikiran lengkap. Pastikan respon anda bersifat terbuka dan menggundang tanggapan tanggapan yang lain. Untuk diskusi dan semua forum diskusi, tulislah tanggan anda dalam thread (posting) yang sama sekali baru dan tanggapilah minimal 1 komentar kolega anda.

Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 2
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 2 yang mencakup :

Laporanbuku:Ace Suryadi, 2002. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Balai Pustaka.



Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 3
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 3 yang mencakup :

1. Coba pelajari kembali sistem pemerintahan menurut peraturan dan perundang-undangan, dan temukan urgensi dan batas-batas kewenangan setiap tingkatan pemerintahan!
2. Khusus dalam manajemen pembangunan pendidikan, kewenangan apa yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan di bawahnya, dan bagaimana mekanisme sistem manajemennya?
3. Setelah sepuluh tahun otonomi pemerintahan di daerah, coba deskripsikan, analisis, dan tafsirkan bagaimanaproses pembangunan pendidikan di daerah, apakah dapat dicapai seperti apa yang telah direncanakan sebelum pelaksanaan kebijakan desentralisasi pembangunan pendidikan?



Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 4
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 4 yang mencakup :

1. Rangkuman materi mengenai problema dan tantangan pembangunan dalam pendidikan;
2. Kritisi dan berikan berbagai ide serta gagasan mengenai materi problema dan tantangan pembangunan dalam pendidikan:
3. Semua di atas didukung oleh berbagai reverensi buku



Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 5
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 5 yang mencakup :

1. Rangkuman materi mengenai (1) pengertian dan urgensi perencanaan pendidikan, (2) struktur sistem perencanaan, (3) prinsip-prinsip perencanaan, (4) bidang garapan perencanaan pendidikan, (5) proses perencanaan pendidikan;
2. Kritisi dan berikan berbagai ide serta gagasan;
3. Lengkapi dengan didukung oleh berbagai reverensi di bawah ini:

Banghard, Frank W., & Albert Trull Jr., (1973), Education Planning, New York: The Macmillan Co.

Bappenas. (2006). Sistem Perencanaan Nasional (SPPN) Berdasarkan UU 25/2004: Bahan Sosialisasi Umum. Jakarta: Bappenas.

Davis, (1980. Planning Education For Development,Volume I(Issues and Problems in The PlanningOf Education In Developing Countries), dan Volume II (Model And Methods For Systemic Palnning For Education) Cambridge: Harvard University

Gaffar, M. Fakry. (1989). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK.

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 6
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 6 yang mencakup :

1. Rangkuman materi mengenai model-model perencanaan pendidikan;
2. Kritisi dan berikan berbagai ide serta gagasan;
3. Semua di atas didukung oleh berbagai reverensi di bawah ini:

Banghard, Frank W., & Albert Trull Jr., (1973), Education Planning, New York: The Macmillan Co.

Bappenas. (2006). Sistem Perencanaan Nasional (SPPN) Berdasarkan UU 25/2004: Bahan Sosialisasi Umum. Jakarta: Bappenas.

Davis, (1980. Planning Education For Development,Volume I(Issues and Problems in The PlanningOf Education In Developing Countries), dan Volume II (Model And Methods For Systemic Palnning For Education) Cambridge: Harvard University

Gaffar, M. Fakry. (1989). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK.

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



Forum Tugas E Portofolio Pertemuan 8
Silahkan anda postingkan tugas e portofolio pertemuan 8 yang mencakup :

1. Rangkuman materi mengenai implementasikan teori dan model perencanaan ke dalam format rencana pembangunan pendidikan di daerah;
2. Kritisi dan berikan berbagai ide serta gagasan;
3. Semua di atas didukung oleh berbagai reverensi di bawah ini:

·Irianto, Yoyon Bahtiar. (2009). “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju 2025”, Disertasi, Bandung: SPS-UPI.

· -------- (2010). “Menata Sistem Perencanaan Berbasis Kinerja”, Kertas Kerja, Pemilihan Direktur Direktorat Perencanaan dan Pengembangan antar waktu UPI, UPI Bandung, 16 Agustus 2010.

·PP.No.21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga

PP.No.6/2005 tentang Status Universitas Pendidikan Indonesia Menjadi BHMN.

·PP.No.39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

· PP.No.40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

Untuk menanggapi forum e portofolio ini dan semua forum diskusi, silahkan membaca panduan posting yang baik ambilah contoh-contoh yang baik. Pastikan memberikan tanggapan dengan menggunakan kalimat-kalimat utuh dan berlandaskan pemikiran lengkap. Pastikan respon anda bersifat terbuka dan menggundang tanggapan tanggapan yang lain. Untuk diskusi dan semua forum diskusi, tulislah tanggan anda dalam thread (posting) yang sama sekali baru dan tanggapilah minimal 1 komentar kolega anda

Prilaku organisasi

Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

Oleh

Dr. Djailani, AR, M.Pd

Teori Kepemimpinan
Cara menentukan pemimpin yang efektif
Pertama; Berdasarkan sifat-sifat kepribadian umum yang
dimimilik seorang pemimpin lebih besar dari yang
bukan pemimpin.

Kedua; Berdasarkan pendekatan tingkah laku pemimpin

Ketiga; Berdasarkan pendekatan kemungkinan
(situasional)

Keempat; Berdasarkan sifat dan perilaku (mengidentifikasi)
ciri kepemimpinan yang menjadi acuan

Teori dan Model kepemimpina
1. Teori sifat
Mengidentifikasi sifat-sifat/karakteristik khas (fisik,
mental, kepribadian) yang dikaitkan dengan keberha-
silan pemimpin.
- intelegensia
- kepribadian (kesiagaan, keaslian, integritas pribadi, percaya diri)
1. Teori kepribadian perilaku
Keberhasilan kepemimpinan seseorang ditentukan oleh sifat kepribadian dan perilakunya
Studi University of Michigan
- pemimpin yang job-centered
- pemimpin yang berpusat pada bawahan
Studi dari Ohio state university
- pemimpin yang membentuk struktur
- pemimpin kosiderasi (persahabatan , saling percaya, mengbhargai, kehangatan dan kekerabatan)

Teori kepemimpinan situasional
pemimpin memahami sifat dan perilaku bawahan sebelum mempergunakan suatu gaya kepemimpinan

Pendekatan terbaru dalam kepemimpinan
- teori atribusi kepemimpian (menetapkan kriteria)
- teori kepemimpinan kharismatik
- kepemimpinan transaksional dan transformasional
transaksional pemimpina memotivasi dan mengarahkan bawahan kepada
tujuan dan menjelaskan peran dan tuntutan tugas


Dasar Konseptual Kepemimpian Menurut Islam
1. Pendekatan normatif (bersumber pada Quran dan
hadist yang dibagi dalam 4 prinsip pokok
a. Prinsip tanggung jawab dalam organisasi
b. Prinsip etika tauhid
c. Prinsip keadilan
d. Prinsip kesederhanaan

2. Pendekatan historis (mengacu pada sejarah
keberhasilan kepemimpinan)

3. Pendekatan Teoritis ( ideologi yang terbuka)
Ciri-ciri pemimpin yang baik.
Veithzal Rivai (2004) menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik memiliki sifat-sifat
1. Kecerdasan
2. Kemampuan bergaul dengan orang lain
3. Ketrampilan teknis dalam bidangnya
4. Kemampuan memotivasi diri dan orang lain
5. Kestabilan emosi dan kontrol pribadi
6. Ketrampilan dalam perencanan dan pengorganisasian
7. Keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan
8. Kemampuan untuk menggerakkan kelompok
9. Kemampuan untuk berbuat secara efektif, efisien, dan tegas

SUMBER KEWENANGAN
Sumber Kekuasaan:
1. Reward Power
2. Coersive Power
3. Ekspert Power
4. Kharismatic Power
5. Legitimate Power

Perilaku Organisasi
Definisi organisasi
Setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama
Ada 3 unsur utama dalam suatu organisasi
1. Orang-orang (sekumpulan orang)
2. Kerjasama
3. Tujuan yang akan di capai

Urgensi Organisasi

Ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatas
an manusia dalam memenuhi kebutuhannya telah me-
nuntut manusia untuk membentuk organisasi.

Perilaku Individu Dalam Organisasi:

Karakteristik Individu
Kemampuan
Kebutuhan
Kepercayaan
Pengalaman
Pengharapan
dan lain-lain
Karakteristik Organisasi
Herarkhi
Tugas-tugas
Wewenang
Tanggung jawab
Sistem reward
Sistem kontrol
Jenis organisasi
dan lain-lain

Azas-azas Organisasi
1. Perumusan tujuan organisasi
2. Pembagian tugas pekerjaan
3. Pendelegasian kekuasaan
4. Rentang pengawasan
5. Tingkat pengawasan
6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab

Perumusan tujuan
Specific, mempunyai ciri-ciri jelas ada batas tujuan
Realistik, memungkinkan untuk dicapai, yang diukur dengan
analsis SWOT.
Moderate risk, mengandung resiko yang wajar
Challenging, menantang
Measurable, dapat diukur
Time phased, kurun waktu yang jelas dengan penjadwalan
yang ketat.

Pembagian tugas pekerjaan
Cara membagi tugas dalam suatu organisasi biasanya dengan cara menetapkan struktur organisasi dan mem- buat job deskription.

Pendelegasian kekuasaan (wewenang)
Ada tiga unsur pendelegasian yaitu
1. Authority, wewengan, hak dan kekuasaan untuk melaksa-
nakan perintah-perintah, menggunakan sumber
sumberdaya dalam mencapai tujuan

2. Responsibility, tanggung jawab tentang hasil yang dicapai

3. Accountability, hak dan kekuasaan untuk memberi jawaban
atas hasil yang harus dicapai kepada pembe-
ri delegasi

Rentang Kekuasaan/kendali
Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Rencana organisasi, makin jelas rencana organisasi dan
tegas batas tanggung jawab makin
banyak orang dapat dikendalikan
2. Jalinan hubungan antara orang-orang dan pekerjaan
pekerjaan yang harus dikendalikan. Makin banyak jalin-
an dengan orang-orang dan pekerjaan-pekerjaan makin ke-
cil jumlah orang yang dapat dikendalikan secara efektif

3. Kemampuan orang-orang yang ada dalam organisasi
Semakin mampu seorang pimpinan semakin banyak orang
yang dapat dikendalikan.
4. Corak pekerjaan, semakin sederhana dan seragam corak
pekerjaan dalam suatu organisasi makin
banyak orang dapat dikendalikan secara
efektif.
Tingkat-tingkat Pengawasan
Prinsip utama dalam menentukan tingkat-tingkat peng-awasan adalah jumlah tingkat pengawasan sesedikit mungkin.
Peter ; Suatu struktur organisasi harus berisi tingkat penga-
wasan sesedikit mungkin dengan saluran perintah
sependek mungkin.

Henry G. Hodges, menganjurkan agar digunakan saja 5 ting-
kat pengawasan saja walaupun secara
umum dipergunakan 6 tingkat.

Kesatuan Perintah dan Tanggung jawab
Bawahan jangan bertanggung jawab kepada lebih satu orang atasan.
Diperlukan untuk menjaga terjadinya kesimpang siuran perintah yang membingungkan bawahan dan menghambat efesiensi dan efektivitas kerja.
Menteri


Dirjen


Irjen/Dirjen


Kadis Prov


Kadis Kab


Kep Sek
CARA MENYELARASKAN PERILAKU ANGGOTA DENGAN
TUJUAN ORGANISASI

1. Menetapkan pola perilaku yang harus di tampilkan oleh
anggota organisasi/lembaga dalam melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
2. Mensosialisasikan pola perilaku yang harus ditampilkan anggota
organisasi kepada semua anggota cara lisan maupun tertulis
agar semua anggota mengetahuinya.
3. Merumuskan sanksi yang akan dikenakan kepada anggota
organisasi yang tidak memperlihatkan perilaku yang telah
ditetapkan
4. Mensosialisasikan bentuk-bentuk sanksi yang akan dikenakan
bagi anggota organisasi yang melanggarnya
5. Memberikan sanksi bagi anggota organisasi yang melanggarnya
6. Melakukan revisi jika dianggap perlu

Jumat, 22 Oktober 2010

silabus kuliah perencanaan pendidikan

SILABUS PERKULIAHAN
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

1. Nama Mata Kuliah : PERENCANAAN PENDIDIKAN
2. Kode Mata Kuliah : MAP.501
3. Bobot SKS : 3 sks
4. Program Studi : S-2 Administrasi Pendidikan
5. Dosen : Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd.
Dr. Cut Zahri Harun, M.Pd./Dr. Murniati A.R., M.Pd./Dr. Nasir Usman, M.Pd.


DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini merupakan upaya membekali pengetahuan, meningkatkan apresiasi dan keterampilan tentang aktivitas terorganisir yang dipusatkan pada tujuan-tujuan pendidikan yang dinamis berdasarkan teori-teori sistematik, yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik yang menyangkut aspek politik, ekonomi, dan waktu. Tujuan perkuliahan ini lebih ditekankan untuk menghasilkan sejumlah informasi yang valid, reliabel, komprehensif dan cepat tersedia bagi alternatif tindakan, sebagai pedoman untuk monitor¬ing, mengkoordinasikan tujuan jangka panjang yang dapat dijadikan dasar pengujian kembali dan perbaikan tujuan, kesinambungan antara rencana dengan kebijakan, serta keterampilan penggunaan metoda ilmiah dan pengetahuan tentang nilai-nilai kontemporer. Materi pokok yang dibahas dalam perkuliahan ini, berkenaan dengan konsep, teori, model dan metodologi serta aplikasinya tentang: (1) Hakekat pendidikan dan pembangunan peradaban bangsa; (2) Konsep perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi manajemen pendidikan; (3) Problema dan tantangan pembangunan pendidikan; (4) Teori sistem perencanaan pendidikn; (5) Metodologi dan teknik implementasi perencanaan dalam pembangunan pendidikan.

TUJUAN MATA KULIAH
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, para mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memiliki pemahaman tentang konsep-konsep esensial dari teori dan model perncanaan dalam pembangunan pendidikan;
2. Memiliki ketajaman dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan solusi terhadap kasus-kasus dalam proses perencanaan pendidikan;
3. Memiliki keterampilan dalam mengimplementasikan salah satu format perencanaan pembangunan pendidikan di daerah.

KEGIATAN PERKULIAHAN
Dengan menggunakan pendekatan ekspoitory dan inquiry, kegiatan perkuliahan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: Pertama, tahap pemahaman konsep dan teori, disajikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran interaktif melalui teknik presentasi, diskusi dan seminar, penyelesaian tugas-tugas laporan buku; Kedua, tahap analisis dan telaah kasus, disajikan dengan menggunakan diskusi kelompok dan pemecahan masalah; Ketiga, perumusan model alternative, disajikan dalam bentuk penyelesaian tugas individual secara berstruktur sesuai minat mahasiswa.
Media pembelajaran menggunakan LCD dan E-Learning.

EVALUASI
Evaluasi bersumber dari tujuh komponen, yaitu: (1) kehadiran/tatap muka, (2) aktivitas penyajian/diskusi, (3) interaksi e-learning, (4) laporan buku, (5) makalah individual dan tugas ahir, (6) Ujian Tengah Semester, dan (7) Ujian Ahir Semester.

MATERI PERKULIAHAN

Kuliah Tujuan Materi Kuliah Metode
1 – 2 Memiliki pemahaman tentang konsep-konsep esensial dari teori dan model perencanaan dalam pembangunan pendidikan; Introduksi sistem perkuliahan: (1) tatap muka, (2) tugas berstruktur, (3) belajar mandiri, (4) pengukuran dan evaluasi.
Pendidikan dan pembangunan peradaban bangsa: (1) Hakekat pembangunan pendidikan dan pembangunan karakter, (2) Pendidikan dan investasi SDM: pendidikan dalam perspektif sosekbud, teori human capital, pembangunan manusia indonesia, kualitas SDM yang dibutuhkan. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive.
3 – 6 Memiliki ketajaman dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan solusi terhadap kasus-kasus dalam perencanaan pendidikan berdasarkan pilihan salah satu teori dan model perencanaan pembangunan pendidikan; Perencanaan pendidikan dalam konteks desentralisasi pendidikan: (1) Reformasi dan perubahan paradigma pembangunan: sentralisasi-desentralisasi dan otonomi, desentralisasi dalam manajemen pendidikan, (2) Perencanaan pembaharuan pendidikan: tinjauan dari tingkatan masyarakat, tinjauan dari tingkatan politisi, tinjauan dari tingkatan ekonomi, (3) Menataulang sistem perencanaan pembangunan pendidikan di daerah: pendekatan, format/model, metodologi, instrumen dan indikator kinerja. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive.
Problema dan tantangan pembangunan pendidikan: (1) Problema dan tantangan pada setiap jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan, (2) Problema dan tantangan pada setiap tingkatan pengelola nasional – daerah. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive.
Konsep sistem perencanaan pendidikan: (1) pengertian dan urgensi perencanaan pendidikan, (2) struktur sistem perencanaan, (3) prinsip-prinsip perencanaan, (4) bidang garapan perencanaan pendidikan, (5) proses perencanaan pendidikan, (6) model-model perencanaan dalam pendidikan. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive.
7 Ujian Tengah Semester
8 – 15 Memiliki keterampilan dalam mengimplementasikan teori dan model perencanaan ke dalam format rencana pembangunan pendidikan di daerah. Bidang garapan perencanaan pembangunan pendidikan: (1) pengembangan kurikulum, (2) daya-saing murid, (3) pengembangan ketenagaan, (4) sarana-prasarana pendidikan, (5) pembiayaan, (6) kemitraan dan partisipasi masyarakat. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive, pembahasan laporan buku.
Metodologi perencanaan pendidikan: (1) Pendekatan perencanaan pendidikan, (2) strategi dan teknik perencanaan dalam pendidikan, (3) format sistem perencanaan dalam pendidikan (context, input, process, product). Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive, pembahasan laporan buku.
Proses perencanaan pendidikan: (1) tahap pra rencana, (2) tahap analisis data, (3) tahap perumusan program, (4) tahap legislasi rencana, (5) tahap implementasi, (6) tahap evaluasi rencana. Perkuliahan tatap muka, tugas berstruktur, dan e-learning interactive, pembahasan laporan buku.
16 Ujian Ahir Semester

REFERENSI SUMBER BELAJAR
BUKU:
1. Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE, Universitas Gaja Mada.
2. Banghard, Frank W., & Albert Trull Jr., (1973), Education Planning, New York: The Macmillan Co.
3. Bappenas. (2006). Sistem Perencanaan Nasional (SPPN) Berdasarkan UU 25/2004: Bahan Sosialisasi Umum. Jakarta: Bappenas.
4. Blocher; Cokins Chen & Lin, (1999). Cost Management: A strategic Emphasis, NY: McGraw-Hill Co.
5. Bryant, Carolie dan Louise G. White. (1987). Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang, Terjemahan R.L. Simatupang, Jakarta: LP3ES.
6. Bryson, John M. (2002). Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7. Cartin, Thomas J. (1999). Principles and Practices of Organizational Performance Excellence, Milwaukee: American Society for Quality.
8. Davey, K.J. (1988). Pembiayaan Pemerintahan Daerah: Prak¬tek dan Relevansi bagi Dunia Ketiga, Jakarta: Univ. Indonesia.
9. Davis, (1980. Planning Education For Development, Volume I (Issues and Problems in The Planning Of Education In Developing Countries). Cambridge : Harvard University.
10. --------, (1980. Planning Education For Development, Volume II (Model And Methods For Systemic Palnning For Education) Cambridge: Harvard University
11. Gaffar, M. Fakry. (1989). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK.
12. GTZ German Technical Cooperation dan USAID Clean Urban Project (2000). Assessment Methods, Tools and Instruments : Local Development Planning. Jakarta: GTZ office.
13. --------, (2000). Local Development Planning. Jakarta: GTZ office.
14. Hallak, Jacques. (1990). Investing in the Future, Oxford: Pergamon Press.
15. Hamzens, Wldani (2005). Perencanaan di Indonesia 25 Tahun Mendatang. Bogor: Labdawara.
16. Hesselbein, Beckhard Goldsmith. (1997). The Organization of the Future, San Fransisco: Jossey Bush Publishers.
17. Kementrian Pendidikan Nasional. (2010), Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014: Rancangan RPJMN tahun 2010-2014, Jakarta: Biro Perencanaan Setjen Kemendiknas.
18. Kaufman, Roger. (1988). Educational System Planning, New Jersey: Prentice Hall, Inc.
19. Lembaga Administrasi Negara (LAN) dan Deutsche Stiftung fur Internationale Entwicklung (DSE). (1999). Modul Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: LAN.
20. Lampiran Surat Edaran Bersama, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri, Nomor: 0259/M.PPN/I/2005 dan 050/166/SJ, Prihal: Tata Cara Penyelenggaraan
21. Miller, Eric. (1991). Future Vision, Napervile: Sourcebooks Trade.
22. Osborne, David and Ted Gaebler. (1992). Reinventing Government: How The Enterpreneurial Spirit is Transforming the Public Sector, Mass: Addison-Wesley.
23. Osborne, David & Peter Plastrik. (2000). Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha (Terjemahan Ramelan Abdul Rosyid), Jakarta: PPM.
24. Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun. (2005). Perencanaan Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
25. Scott, Cynthia D.; Dennis T. Jaffe; Glenn R. Tobe. (1993). Organizational Vision, Values and Mission, Menlo Park California: Crisp Publications, Inc.
26. Suryadi, Ace. (2002). Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan: Isu, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Balai Pustaka.
27. Tarigan, Robinson (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
28. Widodo, Joko. (2001). Good Government: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Control Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Surabaya: Insan Cendikia.
29. Widodo, Tri (2006). Perencanaan Pembangunan Daerah: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
30. Zauhar, Soesilo. (1996). Reformasi Administrasi: Konsep, Dimensi dan Strategi, Jakarta: Bumi Aksara.

DISERTASI/TESIS/LAPORAN PENELITIAN/MAKALAH
31. Irianto, Yoyon Bahtiar. (2000). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Percontohan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Manajemen Pendidikan: Studi Deskriptif-Analitik di Kabupaten Bandung”, Tesis, Bandung: PPS UPI.
32. -------- (2009). “Perencanaan Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota: Studi Evaluatif tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Bandung Menuju 2025”, Disertasi, Bandung: SPS-UPI.
33. -------- (2009). “Rancang-bangun Evaluasi Staf Berbasis Kinerja”, Makalah, Lokakarya Pengembangan Model Instrumen Evaluasi Kinerja Perwira Siswa (Pasis) SESKO-AU, Lembang, Bandung: 12 Oktober 2009.
34. -------- (2009). “Paradigma Perencanaan Pendidikan dalam Konteks Penyusunan Program, Kegiatan dan Anggaran Pembangunan Nasional”, Draf Kertas Kerja, Lokakarya Restrukturisasi Program dan Kegiatan Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas & Departemen Keuangan RI, Jakarta: 4-8 Mei 2009.
35. -------- (2010). “Menata Sistem Perencanaan Berbasis Kinerja”, Kertas Kerja, Pemilihan Direktur Direktorat Perencanaan dan Pengembangan antar waktu UPI, UPI Bandung, 16 Agustus 2010.
36. Makmun, Abin Syamsudin. (1996). ”Analisis Posisi Pendidikan”, Materi Pelatihan Perencana Pendidikan, Jakarta: Biro Perencanaan Depdikbud.
37. --------. (1999). “Pemberdayaan Sistem Perencanaan dan Manajemen Berbasis Sekolah Menuju ke Arah Peningkatan Kualitas Kinerja Pendidikan yang Diharapkan”, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap FIP IKIP Bandung, Bandung: IKIP Bandung.
38. Sumianto, Toto. (2008). “Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah dalam Bidang Manajemen Pendidikan: Studi Analisis Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah dalam Bidang Pendidikan Berdasarkan Peraturan Perundangan yang Relevan di Kabupaten Majalengka”, Disertasi, Bandung: SPS UPI.

39. JURNAL/ARTIKEL
40. Alisyahbana, Armida S. (2005). “Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan”, [www.geocities.com/arief_anshory/otda_pendidikan.pdf]
41. Batchler, Merv. (1987). Evaluation and Innovation, NJ: Institut of Educational Administration, [www.uwex.edu/ces/pdande/index.html]
42. Benchmarking (best in class operations) dalam [www.tutor2u.net/business/ strategy/benchmarking.htm].
43. Broward Community Cpllege, “Educational Master Plan”, [www.broward.edu/ masterplan/presreports.jsp]
44. Crocker, R.K. (2002). Learning Outcomes: A Critical Review of the State of the field in Canada, Ottawa: Canadian Education Statistics Council, [http://www.cesc-csce.ca/pcera2003E.html]
45. Education for the Knowledge Economy (EKE) dalam [www.amazon.com/ Leading-Learning-Organization-Communication-Competencies/dp/ 0791443671]
46. Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. (2001). “Strategi dan Peluang”, Buletin Pengawasan No.30-31 Th.2001, [www.mudrajad.com/ upload/book-review/otonomi dan pembangunan daerah.pdf]
47. Journal of the International Society fo Educational Planning (ISEP). (2007), “Educational Planning”, Vol.16 No.1, dalam [http://www.caee.org]
48. Malaska P., Holstius K. (1999). “Visionary Management”, Finland Futures Reserch Centre, [http://www.tukkk.fi/futu/FUTU/Tuokset/vision.htm]
49. Master Plan for Education 2003-2023, tersedia di [www.bkvgroup.com/portfolio.cfm/ Education/Master_Plan];
50. Owen, Robert. (1996). “Community Based Learning: A Foundation for Maningful Education Reform” dalam [http://www.nwer.org/scpd/sirs/10/t008.html]
51. Polka, Walter S. (2007). “Managing People, Things, and Ideas in the Effective Change Zone: High-Touch Approach to Educational Leadership at the Dawn of the Twenty-First Century”, Journal of ISEP No.16 Vo.1, [http://www.isep.org]
52. Peel, Deborah. (2006), “Planning Educational Research and the UK Research Assessment Exercise”, Journal for Education in the Built Environment, Vol.1, Issue 1, March 2006 pp.30-50 (Online), [www.stonehengemasterplan.org.uk]
53. Pemerintah Daerah Kota Surabaya. (2005). “Master Plan Pendidikan Kota Surabaya 2005-2010”, Surabaya: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.
54. Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. (2008). “Master Plan Pembangunan Pendidikan Kabupaten Bandung Menuju 2025”, Bandung: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung.
55. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. (2007). “Isu-isu Kritis Penyelenggaraan Ontonomi Daerah”, Materi Rapat Teknis Asisten 1 dan Biro Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia, [kalbar.go.id/_appsi07/berkas/]
56. SMC Master Plan. (2001). ”Education for Global Community”, [www.smc.edu/ policies/pdf/EduPlan.1999.pdf]
57. Social capital Theory. [http://www.istheory.yorku.ca/Socialcapitaltheory.htm]
58. Withum III, Frederick Story. (2006). “Educational Facilities Planning: A Systems Model”, School of Education Duquesne University, International Society fo Educational Planning: Vol.16 No.1, [http://www.isef.info]

59. PERATURAN PERUNDANGAN/PRODUK KEBIJAKAN
60. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasioanal Pendidikan (SNP).
61. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
62. Peraturan Persiden No.7 Tahun 2004 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
63. Intruksi Presiden Republik Indonesia No.5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Perecepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
64. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
65. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
66. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
67. Permendiknas No.24 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendiknas No.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
68. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.35 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.12 Tahun 2007 Tentang Pengawas Sekolah.
69. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah.
70. Peraturan Pendidikan Nasional Menteri No.16 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Guru;
71. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 Tentang Kualifikasi Guru.
72. PP.No.21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.
73. PP.No.6/2005 tentang Status Universitas Pendidikan Indonesia Menjadi BHMN.
74. PP.No.39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
75. PP.No.40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
76. Undang-Undang Otonomi Daerah: Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat Dan Pemerintah Daerah. Fokusmedia, Jakarta. 2006.
77. UU.No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi.
78. UU.No.17/2003 tentang Keuangan Negara.
79. UU.No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
80. UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencananan Pembangunan Nasional (SPPN).
81. UU.No.14/2005 Tentang Guru dan Dosen.